Seperti ungkapan salah seorang rekan peturing jarak jauh yang pernah berkata, “Dengan sepeda kita bisa melihat dunia”. Agaknya sesuai dengan salah satu pengalaman bersepeda Brader satu ini yang sempat berbagi pengalaman bersepedanya di Negeri Pizza, Italia. Brader Wisnu Adilaksana, pesepeda gunung asal Bandung yang juga pentolan grup sepeda Santa Cruz Indonesia yang saat ini sedang getol di scene Indonesia Enduro (Induro) sebagai salah satu race director. Membagikan pengalamannya pada penghujung tahun 2017 lalu kepada Braderian di salah satu track Enduro race tersohor seantero dunia yang terkenal dengan view, history, maupun teknikal lintasannya. Berikut pengalamannya..
Berawal dari penugasan kantor untuk perjalanan dinas ke Italy selama 2 minggu, langsung terbersit di kepala untuk menghabiskan hari sabtu dan minggu disana untuk menjajal trek sepeda di Finale Ligure. Siapa yang tidak kenal dengan Finale Ligure yang tiap tahun selalu digunakan oleh Enduro World Series (EWS) sebagai seri penutup.
Sedikit latar belakang mengenai Finale Ligure, kota kecil di region Liguria yang terletak di barat daya Italy. Kota ini merupakan kota pantai laut mediterinia, tetapi hanya kurang dari 5km ke arah utara maka kita langsung di suguhi gunung-gunung yang menjadi surga bagi para pesepeda gunung. Tapi bagi para roadbiker Finale Ligure juga menyuguhkan jalanan aspal panjang yang sangat memanjakan roadbiker, mulai dari menyusuri pantai hingga uphill ke daerah perbukitan dengan aspal yang sangat mulus.
Finale ligure sendiri hanya bisa diakses melalui jalan darat dari kota-kota besar Italy seperti Milan, Roma atau Turin Karena tidak ada bandara di kota kecil ini. Kebetulan dinas saya adalah di kota Milan, dari hasil browsing-browsing saya temukan sarana transportasi yang paling efektif dan ekonomis menuju Finale Ligure dari Milan adalah dengan Kereta antar kota. Perlu hati-hati dalam memilih kereta menuju Finale Ligure Karena tidak semua kereta mengijinkan kita membawa oversize bag (sepeda dalam bike bag dianggap sebagai oversize bag), dan Karena saya memang bawa sepeda sendiri dari Jakarta maka saya harus melakukan riset lebih untuk memastikan sepeda saya tidak ditolak ketika naik kereta hehehe.
Oh iya, saya memang memutuskan untuk membawa sepeda sendiri Karena saya lebih nyaman dan ‘pede’ jika menggunakan sepeda sendiri. Tapi tidak perlu kuatir, di Finale Ligure juga menyediakan banya sepeda untuk disewa, baik sepeda gunung, sepeda balap (Roadbike) bahkan sepeda kota (Citybike) sekalipun untuk sekedar putar-putar menikmati kota Finale Ligure.
Oke kembali ke sarana transportasi dari Milan ke Finale Ligure, pastikan memilih kereta Tholle (pilihan lain ada Frecciabianca, Regionale Veloce, Intercity) dan kelas 2, Karena gerbong kelas 2 ini ada ruang cukup luas di ujung gerbong untuk meletakkan oversize bag. Simpan bike bag kita di ujung gerbong dan kita bisa duduk di kursi ujung, duduk nyaman dengan bike bag masih dalam pandangan mata. Kelas 1 walau kursinya lebih nyaman tapi tidak ada ruang luas di ujung gerbong sehingga akan sulit jika kita membawa oversize bag. Stasiun yang dipilih dari Milan ada Milano Centrale dengan tujuan Finale Ligure Marina, perjalanan memakan waktu tempuh 2 jam 30 menit. Perlu dicatat bahwa Finale Ligure Marina bukan tujuan akhir kereta ini sehingga durasi pemberhentian di stasiun ini hanya sekitar 5-10 menit, pastikan kita sudah siap turun dengan semua bawaan saat mendekati stasiun. Untuk one way ticket kelas 2 biaya yang perlu dikeluarkan adalah 26-28 Euro.
Untuk hotel ada banyak pilihan di Finale Ligure, tapi rekomendasi tertinggi adalah di Hotel Internazionale dan hotel ini juga yang menjadi pilihan saya. Dan memang tidak salah, dari stasiun Finale Ligure Marina hotel ini jaraknya hanya 10 menit jalan kaki! Di sekitar hotel pun banyak tersedia resto, café dan mini market. Yang paling menarik adalah hotel ini menyediakan satu ruang khusus untuk menyimpan sepeda, dan di ruang ini sudah tersedia lengkap peralatan sepeda mulai dari bike stand, pompa dan tools lengkap. Hotel ini memang mendeklarasikan diri sebagai hotel bagi para biker. Kamar nya cukup nyaman, bersih dan tersedia air panas. 1 malam maharnya 60 euro sudah dengan sarapan.
Setelah bermalam dan mendapat cukup istirahat, keesokan harinya jam 8 pagi saya turun ke resto untuk sarapan lalu merakit sepeda di bike room. Guide yang akan menemani saya mencoba trek Finale Ligure menjemput saya di hotel jam 10. Sambil menunggu guide datang saya menyempatkan diri foto-foto di pantai depan hotel hehehehe. Tepat jam 10 Guide yang bernama Gigi (nama aslinya Luigi Frisson) datang, langsung kita membahas trek yang akan kita jajal. Sayang sekali, tapi saya kurang beruntung Karena sehari sebelumnya ada badai dan salju maka beberapa trek ditutup. Lalu pada bulan November dan Desember adalah hunting season sehingga beberapa trek juga ditutup karena digunakan untuk area berburu. Binatang yang mereke buru adalah babi hutan. Beruntung hari itu cerah, matahari terlihat dengan suhu udara 5 sampi 12 derajat celcius. Akhirnya diputuskan untuk menjajal trek di Gunung San Bernardino, tepatnya bukan gunung sih karena elevasi hanya sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Untuk trek lain ada shuttle tersedia dengan biaya 10 Euro per trip, tetapi untuk trek di San Bernardino kita harus gowes sendiri, lumayan juga uphill elevasi 300 meter hehehe…. Untuk Gigi si mudah saja Karena dia menggunakan E-bike, bencana buat saya yang harus uphill mengikuti dia wkwkwkwkwk.
Setelah uphill kurang lebih 40 menit akhirnya kita sampai di puncak dan siap masuk trek untuk menikmati turunan. Di puncak masih banyak salju sisa badai dari hari sebelumnya. Trek pertama yang akan kita jajal disebut Ca’ de Vacche’, konturnya di dominasi turunan walaupun ada beberapa section tanjakan pendek, turunannya terbilang cukup curam dengan karakter berbatu-batu dengan beberapa drop. Trek in memang cukup tehnikal dan tidak dianjurkan untuk pemula. Trek ini 80% di dalam hutan dan tidak banyak spot foto.
Selesai trek pertama, kembali kita harus uphill lagi ke elevasi 300 meter untuk menuju start trek kedua yang disebut Ponti Romani. Uphill kedua ini ditempuh kurang lebih dalam waktu 30 menit, dengan titik start menuju trek kedua berupa resto kecil di puncak bukit yang sangat unik dan nyaman bernama Ristorante Ferrin. Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 12:30, kami memutuskan untuk berhenti di resto tersebut untuk isi perut. 1 potong Foccacia (Italian bread), 1 piring pasta saus pesto dan secangkir espresso total seharga 5 euro cukup untuk mengembalikan energi yang terkuras di 2 sesi uphill dan trek Ca’ de Vacche’. Trek kedua ini karakternya lebih downhill dibanding dengan trek pertama dengan ruang terbuka sehingga kita memutuskan banyak berhenti untuk berfoto ria, sangat sayang jika melewatkan pemandangan yang disajikan di trek kedua ini tanpa foto-foto. Trek kedua finish tepat kembali di kota di pinggir pantai, kurang lebih 5km dari hotel tempat saya menginap. Kami kemudian gowes menyusuri pantai untuk kembali ke pantai, sangat menyegarkan gowes menyusuri pantai dengan sajian gedung-gedung bernuansa mediteran. Gowes santai sekitar 20 menit akhirnya kami tiba di pantai, dengan total jarak tempuh 24.4km, elevation gain 681 meter saya cukup puas dengan bike trip kali ini.
Setelah berisitirahat 20 menit saya langsung membereskan sepeda dan bersih-bersih untuk segera mengejar kereta kembali ke Milan. Terima kasih Finale Ligure, terima kasih Gigi, arrivederci. Mudah-mudahan ada rejeki bisa kembali Karena Finale Ligure punya trek sepeda gunung mencapai 400 km yang ingin saya jajal.
Penulis: Wisnu Adilaksana untuk Braderian
Leave A Comment