Brader mungkin sudah familiar dengan eksistensi Push Bike, tapi harus diakui bahwa push-bike atau juga sering disebut balance-bike tidak begitu populer di Indonesia. Push-bike diperuntukkan bagi balita yang ingin belajar sepeda, push bike prinsipnya sama seperti sepeda lain pada umumnya, menggunakan dua roda namun meniadakan fungsi pedal. Sang joki (little brader) cukup mengendalikan handle-bar, menggunakan sadel seperti pada fungsinya, namun menggunakan kaki yang langsung menapak ground untuk mengayuh tanpa pedal. Push bike dipercaya lebih mudah dan cepat dikuasai, karena keseimbangan menjadi fokus utama dalam mempelajarinya. Push-bike memiliki bobot yang ringan dan mudah dikontrol, membuat anak fokus belajar keseimbangan, dan relatif aman karena tidak adanya rantai serta pedal sehingga sangat cocok digunakan untuk anak.
Di Indonesia sudah puluhan tahun umum kita jumpai bahwa balita selalu menggunakan sepeda dengan tambahan roda kecil di sisi kiri-kanan sebagai penyeimbang untuk belajar awal bersepeda. Kini di negara maju seperti Amerika, Eropa atau bahkan kalau di Asia seperti Jepang, balance bike sudah lebih populer dipakai untuk mengajarkan balita bersepeda, sayangnya di Indonesia kurang populer.
Nah, lalu siapa yang mempopulerkan di Indonesia? Kami belum menemukan catatan khusus mengenai ini namun bisa ditebak, manufaktur/pabrikan sangat berkepentingan dalam hal ini. Strider adalah contoh brand global yang bermain aktif di segment ini, mereka juga sering mengadakan push bike race tingkat nasional/internasional sebagai salah satu cara mempopulerkan push bike. Untuk brand lokal ada Thrill yang mengeluarkan line-up baru push bike di tahun 2017.
Selain brand/pabrikan, ada satu lagi individu yang menurut kami turut mempopulerkan push bike, yakni seorang Ken Ghaizan!

Ken Ghaizan, rider cilik yang turut populerkan push bike di Indonesia melalui social media.
Ken Ghaizan merupakan putra dari Wibowo Sulaksono dan Hevi Indiranasari yang aktif berkompetisi push bike. Usianya masih sangat muda, lahir 5 tahun yang lalu namun konsistesinya membuat media lokal maupun nasional meliputnya. Aktif di social media dan kerap muncul di televisi, membuat kami meyakini Ken juga punya influence yang kuat terhadap kepopuleran push-bike di Indonesia. Beruntung Braderian punya kesempatan komunikasi langsung dengan orang tuanya.
Tinggal di Bali dan Malang, Ken kecil telah aktif bersepeda sejak umur 1,5 tahun. Orang tua Ken punya alasan khusus mengapa memilih disiplin sepeda, mereka meyakini aktifitas bersepeda punya banyak manfaat, diantaranya mampu meningkatkan motorik dan IQ anak lebih baik, menjaga fisik tetap bugar dan prima. Keseimbangan kesehatan jasmani & IQ dipercaya modal utama untuk perkembangan selanjutnya hingga kelak dewasa.
Kami tak menyangka, dengan umurnya yang masih sangat muda, Ken telah melewati 20x kejuaraan baik lokal, nasional, maupun internasional! 20x race di usia 5 tahun man! Ken telah memulainya berkompetisi sejak umur 2 tahun!
Pengalaman race dimana yang paling seru?
Ken mengakui semua race yang telah dia lalui sangatlah seru,
“Race yang paling seru dan tak terlupakan saat Asian Cup 2016 di Jepang dan Thailand. Di Jepang semua rider dunia hadir jadi merupakan tantangan tersendiri bagi Ken, ditambah Ken dalam kondisi sakit mungkin juga karena pengaruh perubahan suhu yang saat itu 10°C, adaptasi Ken saat itu belum cukup”, Ayah Ken mengenang pertandingan itu.
Bisa mengikuti race sampai selesai baginya merupakan kebanggaan tersendiri meskipun hanya membawa predikat semifinalis kelompok umur 3 tahun. Di Asian Cup 2017 Thailand orang tua Ken mengaku sangat berterima kasih kepada sponsor dan Ketua ICF Raja Sapta Oktohari karena membuat Ken berangkat untuk bertanding, “pengalaman tersebut sangat berharga dan akan dikenang selamanya”, Wibowo Sulaksono menambahkan.

Ken Ghaizan saat bertanding Asian Championship di Thailand 2016
Sepeda memang selalu seru dan adaptif untuk usia yang sangat muda hingga dewasa nanti, tapi apakah hobi Ken hanya bersepeda? Ternyata tidak, Ken sesekali menyelingi kesehariannya dengan bermain sepak bola, berenang & kadang bermain motocross.
Melihat kekompakan Ken & orang tuannya membuat kami bertanya-tanya, apakah semua ini keinginan Ken atau ada arahan dari orang tua? Dengan bangga Om Wibowo menjelaskan bahwa mereka sebagai orangtua hanya bisa mengarahkan dan membimbing sesuai dengan umur dan perkembangan kemampuan Ken, “saat ini usia Ken 5 tahun dan masih konsisten latihan push bike, di sela sela waktu Ken sudah mulai berlatih BMX meskipun belum intensif, dan saatnya nanti Ken akan mengikuti pembinaan di sepeda”.
Baca juga: DITRA PRANATA, ELITE DOWNHILL RIDER
Om Wibowo menerka Ken memiliki ketertarikan di olahraga sepeda trial mountain & downhill, “karena setiap kali melihat di TV atau youtube selalu itu yang disukai dan menarik perhatiannya, tetapi kami sebagai orangtua tidak memaksa Ken harus di cabang sepeda yang mana, kami hanya bisa support apa yang ken suka saat ini karena usianya masih dini”.

Dukungan penuh keluarga sangat berarti untuk perkembangan Ken
Anak biasanya mengalami kebosanan pada titik tertentu karena aktifitas yang sama terus menerus, bagaimana menyiasatinya om? “Setiap akhir pekan Ken latihan pushbike bersama teman temannya, dan pola latihannya adalah dengan variasi game agar menjadi lebih menarik dan fun, hal itu juga bagian dari pola latihan Ken”. Beruntungnya selain mendapat support penuh dari keluarga, Ken juga mendapat tambahan nutrisi dari produk sponsor, “satu bulan menjelang race nutrisi Ken dijaga dengan makanan sehat yang disiapkan bundanya” pungkas Om Wibowo.

Dikelola oleh orang tuanya, IG @kenghaizan44 akan menginspirasi siapapun
Perbincangan yang seru! OK little brader, jangan berhenti dengan passion-mu, terus mengukir prestasi, buat orang tuamu bangga.
/braderian
Baca juga: UR TEAM: 4 TAHUN DENGAN POLYGON
Leave A Comment