Seorang pesepeda menghela nafas. Tanjakan curam menanti di depan. Sekilas ia tanyakan ke temannya, berapa kemiringan tanjakan tersebut. Tanpa ragu-ragu temannya menjawab “45 derajat”. Wow, apa benar? Di beberapa cerita bahkan ada yang mengklaim mampu menaklukkan tanjakan 90°.
Brader, saat sekolah dasar kita belajar geometri, termasuk tentang sudut yang menjadi dasar perhitungan kemiringan medan, termasuk medan bersepeda. Kemiringan atau slope adalah sudut antara garis datar dengan medan bersepeda.
Sejenak kita perhatikan gambar busur derajat ini. Sudut 90 derajat adalah sudut tegak lurus bidang asal. Sebagai ilustrasi, 90° adalah sudut yang terbentuk antara lantai dan tembok rumah. Bagaimana dengan 45°? Ya setengah dari 90°. Ilustrasinya kalau Brader menyandarkan papan 1 meter dari tembok, maka papan itu akan bersandar 1 meter di atas lantai. Jika kita meluncurkan bola, maka bola akan meluncur di papan yang panjangnya √2 meter atau 1,414 meter.
Kalau Brader ingin mendaki puncak Mahameru, puncak tertinggi di Jawa dengan ketinggian 3.676 meter dari pantai dengan trek yang menanjak 45°, hanya dibutuhkan jalan sepanjang 5,2 kilometer saja. Tapi apakah ada tanjakan securam itu yang bisa digenjot dengan sepeda?
Untuk keperluan sepeda, umumnya kecuraman medan dihitung dengan satuan %, yaitu berapa meter ketinggian bertambah setiap 100 meter perjalanan. Sebagai catatan, jalan tercuram di Amerika Serikat adalah Canton Avenue di Beechview, Pittsburgh, Pensylvania. Kecuraman 65 meter dari 192 meter jalan tersebut adalah 37%. Kemiringan 37% tersebut adalah sama dengan 20,3°.
Selain sebagai jalan tercuram di Amerika Serikat, beberapa versi seperti World Atlas juga mengklaim jalan ini sebagai jalan tercuram di dunia, mengalahkan versi Guiness Book of World Record, Baldwin Street di Dunedin, Selandia Baru. Penasaran dengan kecuraman jalan 37%? Audi sempat membuat iklan di jalan ini dengan salah satu bintangnya downhiller Aaron Gwin. Masih kurang yakin? Brader bisa ikutan point race tanjakan bukit-bukit di Pittsburgh dengan Canton Avenue sebagai salah satu tanjakannya. Lomba berjudul Dirty Dozen ini adalah hasil inisiatif Danny Chew sejak tahun 1983. Lomba ini mengadu pembalap dalam menaklukkan tanjakan 13 jalan menanjak di kota tersebut.
Bagaimana mengetahui kecuraman tanjakan yang Brader lewati? Di negara maju, jika tanjakan atau turunan sudah dianggap membahayakan, pemerintah setempat memasang rambu persentase kemiringan untuk memperingatkan pengendara agar berhati-hati. Sayangnya, di negara kita belum atau baru sedikit tempat yang memasang rambu serupa. Solusi lainnya adalah dengan mengandalkan kemiringan segment di aplikasi Strava. Cara lainnya adalah menggunakan speedometer sepeda berbasis GPS.
Kembali ke kemiringan 45° tadi. Apakah ada lintasan sepeda dengan kemiringan 45°? Tanjakan securam itu sebenarnya masih bisa ditaklukkan jika tanjakannya pendek, sekitar maksimal 2 meter dengan cara mengambil ancang-ancang sebelumnya. Selain itu, trek cyclocross juga sering menggunakan tanjakan 45° sebagai sesi panggul melalui tangga. Jika dibalik, downhiller tingkat mahir sering juga menggunakan turunan dengan kecuraman ekstrem ini.
Lalu apa pentingnya salah kaprah ini diluruskan. Braderian pikir perlunya pelurusan salah kaprah ini salah satunya untuk persiapan bersepeda. Misalnya dalam merencanakan perjalanan, kita mendapat profil medan yang akan dihadapi. Ketidak akuratan data bisa menyebabkan Brader menganggap enteng track yang dihadapi karena sudah biasa melahap tanjakan “45 derajat” di dekat rumah Brader.
Leave A Comment