Viro, produsen material arsitektural dan interior tahun ini kembali menjadi salah satu exhibitors di Pameran Seni berbasis Internasional, Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD), Kegiatan yang digelar untuk ke-10 kalinya ini berlangsung di Grandkemang Jakarta pada tanggal 16 Oktober hingga 24 November 2019. Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari ide kolaborasi antar disiplin ilmu yang pertama kali digagas di Indonesia. Bertemakan Faktor X dengan konsep Mind Mapping tahun ini ICAD banyak mengundang seniman/desainer yang merepresentasikan konsep MIND MAPPING.


Tahun ini Viro berkolaborasi dengan tiga desainer dari Artura, ditemui di lokasi Anita Nazir, Hera Permanasari dan Nathania ketiganya menjelaskan konsep yang diambil dari produk yang mereka desain.

“Mengambil tema menjuntai tercetus membuat tas anyaman berbahan hyacinth yang menyerupai tanaman eceng gondok terbuat dari material eco-faux Viro yang tentunya ramah lingkungan. Memilih warna natural dan biru muda sesuai dengan ICAD X tahun ini yang mengusung warna2 pastel dan Ujung2 tas dibiarkan ‘menjuntai’ tidak dianyam.”

Ujar Anita Nazir, desainer Artura yang berkolaborasi dengan Viro menciptakan produk untuk mendukung Pameran Seni ICAD X 2019.


Masuk kedalam area Market Place Gallery Style didalam pameran seni tersebut Viro mendukung para desainer tersebut menciptakan produk yang artistik dan unik.

Black Hole Wall Lamp, bentuk segi empat yang tidak simetris, dua sisi menyudut dan dua sisinya lagi menumpul akan memungkinkan jika digabungkan menjadi konfigurasi yang sangat menarik. Lingkaran di tengah yang akan menjadi penerangannya terdiri dari beberapa variasi ukuran diameter juga akan terlihat menarik jika dijadikan lampu dinding untuk area indoor ataupun outdoor. XPouf, tempat duduk tanpa sandaran belakang dan sandaran tangan dengan bentuk simple ditambah dengan anyaman silang mengikat menjadi satu berbentuk kotak simetris. Three in One Divider, berfungsi sebagai penyekat ruangan yang didesain untuk memisahkan ruang dengan fungsi yang berbeda. “Kombinasi unik material nya membuat divider ini lebih kaya warna dan sengaja dipilih warna kontras satu dengan yang lain”, lanjut Hera Permanasari menjelaskan konsep masing-masing produk.


Menggunakan material berbahan dasar eco-faux rattan, Nathania menjelaskan konsep desain yang diambil dari fruit basket dan umbrella basket.

Karya Nathania, menggunakan material Viro #eco-faux — ICAD X 2019

“Terinspirasi dari alam, memiliki bentuk tak simetris namun tetap humanis, kelopak bunga yang indah dengan ketidakteraturan. Menggunakan material dasar Synthetic Rattan agar mendapat bentuk yang tidak kaku, terlihat lentur namun tetap kokoh. Earth Tone dirasa cocok sebagai warna dasar bentuk ini, karena bentuknya yang organic dan mempresentasikan alam”,

tutup Nathania.


Sebagai Informasi, Indonesian Contemporary Art & Design ICAD adalah sebuah pameran besar kolaborasi desain, seni, teknologi, entertainment serta industri perhotelan yang juga mengangkat kearifan lokal Indonesia. Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari ide kolaborasi antar disiplin ilmu yang pertama kali digagas di Indonesia. Kami meyakini, desain dan seni Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk semakin memasyarakat dan berpotensi ikut memajukan perekonomian kreatif.

Material Viro #eco-faux punya keunikan untuk diterapkan di berbagai bentuk karya seni.

Pada tahun ini mengangkat Tema Factor X: Mind Mapping, Dalam tradisi visual, pemetaan pemikiran sering dipakai oleh para kritikus dan kurator dalam merumuskan gagasan dalam mempresentasikan karya dalam bentuk pameran dan menuliskan ulang dalam teks karya-karya visual. Selain itu, dalam dunia desain metode pemetaan pemikiran dipakai oleh para desainer (termasuk arsitek) dalam merumuskan rancangan desain yang akan mereka tawarkan dalam praktik desainnya. Dalam wacana seni dan desain, arsip pemetaan pemikiran ini sering terabaikan oleh para pelaku kreatif, karena kepentingan untuk mengejar hasil akhir berupa produk seni ataupun desain. Pada ICAD 2019, akan diundang seniman/desainer yang merepresentasikan tema MIND MAPPING, melalui penelusuran proses berkarya mereka. Seniman/desainer ini dianggap penting dan mempunyai kontribusi besar dalam perkembangan seni dan desain kontemporer Indonesia dalam dua puluh tahun terakhir.