Tren Sepeda di Indonesia melonjak drastis di bulan Juni-Juli 2020. Maraknya tren bersepeda yang mulai naik di bulan Mei 2020 tidak terprediksi oleh pabrikan sepeda di Indonesia, hal ini tampak dari kurangnya stok sepeda di Toko. Tapi pabrikan cukup mengevaluasi dengan cepat, stok sepeda terkoreksi di bulan Agustus, mulai banyak tersedia di toko. Jika diamati di pasar, harga sepeda mulai banyak yang turun sejak Januari 2021, apakah ini pertanda sepeda mulai berkurang peminatnya?
Covid-19 memicu pelonjakan drastis penjualan sepeda
Kekuatiran masyarakat meningkat seiring dengan risiko penularan di transportasi umum. Ada kecenderungan menghindai transportasi umum. Namun kekuatiran ini sebenarnya direspon positif, mereka semakin banyak yang berolahraga. Kebutuhan kombinasi antara transportasi, kebugaran, dan menghindari kerumunan menjadikan sepeda sebagai pilihan tepat. Terjadilah ledakan pembelian sepeda yang menyebabkan terciptanya tren bersepeda.
Ledakan Sepeda menjadi fenomena Global
Sepeda telah lama menjadi salah satu pilihan transportasi cepat, fleksibel dan efisien. Sebelum pandemi-pun, sudah banyak memilih sepeda untuk melakukan rutinitas seperti berangkat (bike-to-work). Namun ketika keharusan untuk #dirumahaja tinggal di rumah untuk sementara waktu membatasi kehidupan sehari-hari di seluruh dunia, membuat peran sepeda berubah.
Satu dari 10 orang dewasa Amerika melaporkan telah mengendarai sepeda untuk pertama kalinya dalam setahun (atau lebih lama) sejak awal Covid-19, menurut penelitian oleh People for Bikes, sebuah koalisi industri yang berbasis di Colorado, AS.
Aplikasi kebugaran seperti Strava melaporkan lonjakan besar dalam bersepeda di kota – kota yang tak terduga seperti Los Angeles dan Houston. Data juga menunjukkan tren serupa di seluruh Eropa.
“Sejak awal penguncian pada bulan Maret, kami telah melihat permintaan sepeda yang meningkat,” kata Edoardo Girardi, manajer umum Full Speed Ahead Europe.
Di banyak daerah, pusat kebugaran dan kolam renang telah ditutup selama berminggu-minggu, “yang bisa menjadi salah satu alasan meningkatnya permintaan”, kata Girardi.
2021 Tren Sepeda Masih Berlanjut?
Jika pandemi di 2020 valid menjadi pemicu atas lonjakan permintaan sepeda, tentu juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menjawab pertanyaan ini di 2021. Tentu kita semua berharap, urusan dengan Covid-19 ini segera tuntas. Upaya berbagai pihak sudah sangat keras untuk membuat kehidupan kembali normal. Desember 2020 pemerintah kembali memperketat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), ada sebagian orang memprediksi, semakin PSBB diperketat maka tren sepeda berpotensi naik lagi, dengan alasan seperti yang disebut di atas.
Dari sisi pelaku industri, ATR Cycling lahir di waktu yang tepat. Didirikan baru 2 tahun yang lalu (2019), di 2020 ATR Cycling mendapatkan lonjakan penjualan yang besar, menjadikan ATR Cycling sebagai salah satu retailer/toko sepeda yang sukses memulai bisnis.
Di bulan januari Braderian menerima news release dari ATR Cycling, sekaligus mendapat kesempatan bertanya.
“Sejak Agustus 2020 penjualan sepeda secara umum mulai turun, maksudnya semakin kembali normal ya. Tapi bagi kami ada optimisme bahwa tren sepeda tetap akan stabil di 2021. Penjualan Folding Bike meroket di bulan Juni-Juli 2020 berangsur turun di akhir tahun 2020, namun banyak dari mereka yang bergeser genre, beralih ke road bike, gravel, MTB, e-bike, bahkan minivelo, jadi saya pikir trend sepeda akan berpotensi stabil“, ungkap Fendi Widhiatmoko dari ATR Cycling saat dihubungi Braderian via telpon.
Baca Juga:
[…] menjadi lebih penting. Ukuran sepeda semakin menjadi pertimbangan, ada tren sepeda lebih kecil dianggap lebih punya kemampuan mobilitas lebih baik karena praktis disimpan dan […]