Mungkin Brader sudah mengenal sepeda Cross Country terlalu lama. Ya, sudah bertahun-tahun MTB di Indonesia didominasi oleh sepeda gunung yang berbasis geometri cross country. Sebut saja beberapa merek seperti Polygon Premier, Xtrada, United Detroit, Clovis, Thrill Vanquish, Ravage, semua Genio M Series, dan lain lain ada banyak sekali brand yang belum kami sebutkan. Lalu sudah taukah dengan genre XC Trail?

 

Table of Contents

Perbedaan XC dan TRAIL MTB

Jika dari tahun 90an Cross Country sudah populer, Trail MTB baru populer sekitar 5 tahun terakhir ini. Mungkin Brader lebih kenal dulu All Mountain sebelum Trail MTB. Kini beberapa brand memberikan label XC Trail, apakah ini hal baru? geometri MTB modern?

Kiriman rilis dari United tentang launching sepeda barunya E-Clovis di meja redaksi Braderian membuat kami pengen membahas XC Trail.  Ya, United menyebut E-Clovis, sepeda gunung betenaga elektrik itu bergenre XC Trail. Lalu apa dan kenapa XC Trail? Kamipun berlanjut meminta data geometri dan kami mendapatkannya, mantabs United. Sekarang yuk kita hahas.


 

Cross Country/ XC MTB

Sebelumnya kita sepakati dulu, apa itu Cross Country. Cross Country atau XC adalah kategori dari sepeda gunung yang dispesifikasikan di medan off-road, mulai dari permukaan tanah kombinasi dengan rumput dan batuan kecil, melewati hutan, rock garden, medan pegunungan hingga single-track yang lebih teknikal. Pengendara akan lebih lama menggunakan sadel karena akan lebih banyak mengayuh untuk mencapai jarak tempuh yang lebih jauh dengan kecepatan maksimal.

 

Geometri yang fokus untuk pedalling

Geometri XC dibangun fokus pedalling (menggayuh), sehingga kecepatan pada medan yang relatif flat adalah hal yang utama. Frame didesain lebih ringan dan maksimal untuk pedalling. Sepeda akan membuat posisi berkendara lebih agresif atau menunduk, wheelbase relatif lebih pendek, memberikan karakteristik penanganan yang lincah dan tajam, tetap efisien saat menghadapi trek yang menanjak.

Headtube angle biasanya sekitar 70º atau lebih sehingga relatif lebih tegak, handling akan berasa sangat lincah. Ditambah dengan handlebar yang relatif lebih pendek dibanding tipe yang lain, somehow pengendalian akan lebih liar tapi jika Brader profesional menanganinya maka akan mendapat benefit kecepatan lebih baik.

Wheelbase dan Reach lebih pendek, BB drop yang lebih pendek, RC/Chainstay yang lebih pendek, secara keseluruhan XC bike itu lebih pendek dibanding Trail/ All Mountain bike. XC memiliki Reach yang lebih baik, Brader tidak akan jauh dari cockpit, sehingga akan memudahkan berkendara dengan posisi yang agresif.

Baca tentang Reach & Stack

 

Cross Country modern meladeni trek lebih advanced, full-suspension, 29″. Photo: Giant Anthem Advanced Pro

 

Suspensi Lebih Pendek, Komponen Lebih Ringan

Semakin profesional penggunaannya, semakin mahal sepedanya, komponen atau parts yang digunakan sepeda XC dibuat semakin ringan. Sepeda XC adalah semua hal tentang “Ringan”, kombinasi dengan  travel suspensi yang pendek untuk climbing efficiency dan ringan dikayuh. XC biasanya menggunakan front suspension travel  90-100mm. Untuk penggunaan yang lebih recreational dan XC modern kini juga menggunakan travel 120mm.

Seiring dengan perkembangan teknologi, material yang semakin ringan, kini XC modern juga menggunakan sistem dual suspension. Meski terdapat rear suspension, tapi didesain supaya tidak menimbulkan powerloss berlebih, esensi karakter cross country tetap dipertahankan. Kini Brader bisa menikmati keunggulan full-suspension dalam genre cross-country.

Cross Country modern juga menambah pilihan wheelsize. Dari XC klasik berukuran roda 26″, 27,5″ kini pilihan 29″ dianggap lebih powerfull. Didukung dengan power pengendaranya yang lebih baik, 29er wheels meningkatkan rollover/ rolling efficiency dan stabilitas. Ukuran diamater roda yang lebih besar memberikan benefit melibas rintangan/ obstacle lebih mudah.


 

Trail MTB

Trail bike didesain untuk lebih lincah menghadapi turunan dan tanjakan. Sepeda Trail digambarkan sebagai MTB yg melibas singletrack serba guna, dirancang agar efisien pada tanjakan, tapi tetap memberikan kepercayaan diri bagi pengendara dan kontrol pada turunan terjal dan teknikal. Kategori ini sebenarnya didominasi jenis suspensi ganda; tapi Trail Hardtail terus berkembang dan menjadi pilihan yang makin menarik.

 

Mudah untuk Menanjak, Seru Diajak Turunan

Sebagai sepeda yang dirancang untuk unggul di berbagai medan, geometri pada sepeda Trail didesain lebih stabil untuk menuruni bukit sekaligus efisiensi untuk mengayuh di tanjakan. Headtube angle dibuat sedikit lebih slack/rebah daripada sepeda XC, hal ini akan membuat handling lebih mudah di turunan. Ditambah wheelbase yg lebih panjang stabilitas sepeda akan lebih didapat.

Chainstay dibuat sedikit lebih pendek, akan membuat sepeda ini lebih lincah dan ringan di bagian segitiga belakang, efeknya adalah power tersalurkan lebih cepat ke belakang, efisien untuk pedalling dan kontrol lebih baik untuk tanjakan.

Dibandingkan dengan sepeda XC, Reach dibuat lebih panjang pada Trail Bike. Kontrol berasa lebih baik saat rider menghadapi turunan curam. Gaya berkendara akan sedikit berubah. Dengan trail bike, Brader akan lebih sering menempatkan badan menarik ke belakang sadel terutama ketika menghadapi turunan.

Material Aluminium Alloy adalah pilihan terbesar untuk jenis sepeda ini, meski carbon juga mejadi alternatif pilihan untuk harga sepeda yg lebih mahal.

Travel suspensi biasanya ada pada range 120-140mm. Pada jenis hardtail biasanya pada 120mm.  Sistem kinematics pada rear-suspension dibuat se-versatile mungkin. Tetap ringan, tidak digunakan untuk hantaman yg lebih berat seperti sepeda downhill. Sepeda trail harus tetap ringan, tapi juga harus lebih stabil. Engineer harus membuat suspensi belakang tetap efisien saat dikayuh terutama ketika melahap trek menanjak.

 

Polygon Siskiu T8, Photo Credit: Polygon Bikes

Contoh Sepeda Gunung Trail

Pabrikan sepeda lokal Polygon memiliki pengembangan dan struktur produk MTB yang kuat. Mulai dari XC, Trail, Enduro hingga Downhill. Polygon juga punya lini MTB trail, seperti Siskiu T6 dan T8. Di masa lalu Polygon juga punya Collosus T series. Untuk hardtail Polygon pernah mengembangkan Entiat, bahkan hingga keluar seri elektriknya. DNA trail sebenarnya juga diturunkan ke line up Xtrada, ciri-ciri trail juga disematkan di sana, cek saja desain geometrinya.


 

XC Trail MTB

Sampai di sini tentu Brader sudah memahami ke mana arah XC Trail. XC Trail adalah genre sepeda yang geometri dan fungsionalitasnya mengambil keunggulan karakter Cross Country dan Trail bike sekaligus. Sepeda yang punya toleransi antara XC dan Trail. Memiliki pedalling efficiency yang baik, handling yang baik saat turunan tajam, ringan untuk tanjakan dengan posisi berkendara yang lebih tegak. Karakter ini adalah di tengah-tengah antara XC dan Trail, kemudian mengambil benefit dari keduanya.

 

Bagaimana Engineer Menerjemahkan

Sebagian dari Brader mungkin berpikir semua hal yang kami jelaskan adalah gimmick dari industri. Kita jangan terlalu naif, bahwa industri berkembang karena mendapat keunguntungan dengan penjualan produknya. Tentu mereka akan membuat strategi supaya produk selalu segar setiap tahun, ide baru, menjangkau konsumen baru, mencari keuntungan.

Hal yg penting adalah memahami ada rasional apa dibalik produk/ genre/ gimmick baru tersebut? Hal itu akan membantu memutuskan, produk tersebut sesuai dengan kebutuhan Brader atau tidak.

 

 

United E-Clovis 2021, XC Trail MTB

 

Yuk kita ambil studi kasus sepeda yang fresh baru aja rilis. United E-Clovis, E-MTB XC Trail Hardtail. United klaim MTB ini bergenre XC Trail.

 

Kita bahas tentang geometrinya aja ya. Kami mengacu pada unit ukuran M. Dari ujung, kami ketahui E-clovis menentukan headtube angle 69,5º, artinya sedikit lebih slack (rebah) dibanding rata-rata XC bike. Sudut yg lebih kecil pada fork membuat sepeda lebih stabil saat turunan. Sebagai perbandingan Trail sejati seperti Polygon Siskiu T8 punya derajat headtube angle 65º. E-Clovis lebih tegak dibanding trail/ enduro bike tapi sedikit lebih rebah dibandingkan cross country pada umumnya.  Headtube angle bukan parameter satu-satunya yang mempengaruhi karakter bagian front triangle, fork offset juga turut memberikan efek.

Manufaktur biasanya memiliki riset tersendiri, begitu juga dengan United. Sempat kami berbincang dengan salah satu sumber dari United Bike bahwa geometri yang dibuat memang banyak mengambil sample dari rata-rata postur tubuh Asia. Begitu juga dengan Seri Clovis yang sudah lahir sejak 2019 (versi non elektrik),  beberapa tahun mereka riset dan prosuksi, akhirnya mendapat formula yang dianggap paling cocok untuk konsumen Indonesia. Cotohnya tentang Reach dan Stack.

Reach E-Clovis 440mm, jika dibandingkan dengan Marin Bobcat Trail 5 ukuran Reachnya 445mm. Bisa dipahami bahwa E-Clovis punya jangkauan cockpit lebih pendek karena menggunakan dimensi Asia. Tapi Reach tersebut sebenarnya relatif lebih panjang dari rata-rata sepeda XC geometri Asia.

Hal lain yang sangat berpengaruh pada performa adalah wheelbase. Selain alasan geometri yang dibuat lebih XC Trail, secara teknis, adanya middle-drive motor pada cangkang bottom bracket juga menyebabkan chain-stay lebih mundur ke belakang sehingga berimbas wheelbase mejadi lebih panjang. Benefitnya, sepeda ini akan lebih stabil saat turunan.

Shimano Middle-drive motor yang digunakan juga memberikan keuntungan tesendiri. Beban pada motor ditambah dengan baterai pada downtube, membuat sepeda ini mendukung center-of-gravity lebih baik karena posisinya di tengah pada titik pusat sepeda. United mengambil langkah cerdas dengan membuat BB Drop menjadi lebih panjang, sehingga BB menjadi lebih turun ke bawah untuk kestabilan sepeda.

Paham basic geometri MTB. Foto: Polygon Bikes

Bersambung ..

Saya ngopi dulu ya, nyusul lanjutin tentang XC Trail. Minggu depan artikel ini akan Saya kelarin.