Baru-baru ini bike enthusiast diramaikan kehadiran produk anyar Path-E dari Polygon Bikes Indonesia. “Seri Path sebenarnya bukanlah produk baru, Path sudah lama dimasukkan Polygon ke dalam family Speed Utility di sekitar tahun 2012. Sepeda urban yang terinspirasi dari sepeda gunung dengan frame dan fork yang rigid namun didesain untuk kenyamanan pada karakter khas jalan perkotaan, menggunakan roda 700c”, pembuka saya dalam ngobrol santai dengan team Braderian kemarin malam.
* catatan: Foto pada featured image adalah tipe Entiat dillengkapi motor, diperkenalkan Polygon pada Eurobike 2017.
Masih tentang Path namun malam itu kita lebih banyak ngobrol tentang Pedelec. Saya yakin kebanyakan kita masih asing mendengar istilah Pedelec, kita lebih familiar dengan istilah e-bike. Seperti yang disebut Polygon dalam artikel ini, pedelec adalah singkatan dari pedal electric cycle, istilah yang secara internasional juga dipakai umum. Sedangkan E-bike merujuk pada electric bike atau ada yang menyebut power bike, adalah sepeda yang tenaga penggeraknya dibantu oleh motor listrik.
Pendapat saya, jika merujuk pada definisi tersebut, maka pedelec pastilah sebuah e-bike, tapi e-bike belum tentu sebuah pedelec. E-bike punya cakupan yang lebih luas, diklasifikasikan menjadi pedal-assist dan power-on-demand atau kombinasi keduanya. Pada pedal-assist motor listrik diaktifkan dari effort kayuhan (contohnya seperti pedelec), sedangkan power-on-demand motor listrik diaktifkan melalui throttle (menarik gas seperti halnya sepeda motor). Tentu dua teknologi ini punya konsep yang berbeda. Brader masih akan tetap merasakan feel bersepeda sesungguhnya jika pakai sistem pedal-assist, namun dengan sistem power-on-demand brader akan lebih merasakan seperti naik “sepeda motor” (listrik).
Shimano menyebut sistem pedelec-nya dengan Shimano Steps. Pada sistem pedelec, penggerak dengan dukungan motor listrik hanya akan ON saat dikayuh. Kalau brader berhenti mengayuh, maka motor tidak bekerja, jadi sifat sistem ini adalah memberi tambahan energi untuk mengayuh kepada pengendara. Asik kan?! 😁
Motor halus dan senyap dikemas dalam desain yang compact dan ringan adalah ciri khas dari pedelec. Desain menyatu dengan frame sepeda untuk tampilan yang ramping sehingga feel sepeda masih didapat. Shimano Steps City (model E6000) disebut sebagai salah satu motor paling ringan, compact, mudah dioperasikan, dan bandel untuk menghadapi segala kondisi lingkungan. Jadi tak salah Polygon memilih menyematkan motor Shimano ke dalam line-up mereka, mengingat distribusi Shimano juga lebih kuat dibanding pemain global motor listrik yang lain seperti Yamaha atau Bosch.
Shimano Steps City menggunakan baterai Li-Ion berkualitas tinggi dengan umur yang sangat panjang! Shimano klaim, baterainya akan mendukung perjalanan Brader hingga 150 km dengan satu kali pengisian. Shimano juga menyebut baterai Li-Ion dalam mesinnya mampu menangani
1.000 siklus pengisian daya tanpa kehilangan daya yang signifikan.
Shimano Steps City dilengkapi dengan Cycling Computer yang disematkan sangat ringkas pada cockpit dengan tampilan layar yang kontras sehingga tetap mudah terbaca meski terpapar sinar matahari. Desain dan tombol yang sederhana, ergonomis, dan intuitif membuat Brader sangat mudah mengoperasikan. Sangat informatif, terdapat fungsi-fungsi seperti informasi kecepatan, jarak, waktu perjalanan, jam, gear, dan indikator baterai.
Lalu kenapa Polygon merilis Pedelec, bukan E-Bike?
Menurut saya, Polygon masih teguh berpegang pada filosofi sepeda, maka mereka lebih memilih mengembangkan pedelec ketimbang e-bike. Seperti apa yang dikatakan Einstein, “Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving”. Filosofi bersepeda adalah kayuhan, ada energi yang dikeluarkan pengendara, bukan sekedar memutar grip throttle. Jadi pedelec masih sangat relevan dengan filosofi sepeda yang dijunjung tinggi oleh Polygon. Saya pikir, sampai kapanpun sebaiknya Polygon berkomitmen menjaga filosofi sepeda, setuju Brader?
baru tahu ada isyilah pedelec dan cari tahu ketemu di sini